Free Angel Fly Redhead Help Cursors at www.totallyfreecursors.com

Minggu, 17 September 2017

FESTIVAL PADI KABUPATEN BANYUWANGI

FESTIVAL PADI KABUPATEN BANYUWANGI

KEMERIAHAN FESTIVAL PADI 



PADIFESTIVAL



Ribuan masyarakat menyemut di sepanjang jalan yang memisahkan antara berhektar-hektar sawah dan kantor balai desa Sumbergondo, Kecamatan Glenmore. Laki-laki, perempuan, tua, muda, pejabat, rakyat hingga pelajar, semua tumplek blek ikut serta merasakan kemeriahan Festival Padi yang pertama kali digelar di Banyuwangi.
Festival padi kali ini, tak seperti festival budaya pada umumnya yang didominasi tari dan kesenian. Namun, ekspresi kebudayaan agrikultur kala mengawali masa tanam yang memadukan antara kultur dan spritualitas yang biasa dikenal sebagai tiris menjadi daya tarik tersendiri.
Bukan hanya gebyar, tapi festival padi ini nguri-nguri tradisi. Ada kultur, ada spritual dalam sistem bercocok tanam di Banyuwangi yang harus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.





BUPATIBANYUWANGI




Diawali dengan arak-arakan tiga jenis tumpeng yang berasal dari tiga penjuru, prosesi upacara tiris. Yakni tumpeng gunung, bucung, dan kunir. Tak sekedar tumpeng, namun ada makna filosofis yang melatarbelakanginya. Tumpeng gunung perlambang kejujuran, bucung lambang ketekunan dan kunir adalah cahaya, ungkap Prayitno, dalang yang memimpin prosesi tiris dalam bahasa Jawa.
Seusai prosesi ritual yang ditutup dengan doa, semua masyarakat dan tamu undangan menyantap tumpeng yang digelar di sepanjang jalan pingiran sawah itu.
Prosesi tiris dilanjutkan dengan penempatan cok bakal di pintu air utama yang mengaliri sawah-sawah. Cok bakal berupa ubo rampe yang berisi kembang tiga warna, madu, dan hasil bumi dibungkus kecil-kecil dengan daun pisang. Peletakannya dilakukan oleh Bupati Anas. Menandai prosesi tanam padi mulai dilaksanakan.
Di sawah seluas 2 Ha dari 400 Ha sawah di Sumbergondo, para pejabat dan masyarakat berbaur untuk mencoba berbagai tahapan menanam padi. Mulai membajak, meratakan sawah hingga menancapkan bibit padi, menjadi sajian yang seru dalam festival tersebut.
Bupati Anas dan semua Forpimda, lengkap dengan seragam kebesarannya, turun bersama di sawah berlumpur. Mereka turut membajak sawah dengan mengendarai singkal (bajak) tradisional yang ditarik dua kerbau, sampai ikut menanam padi (tandur) dengan berjalan mundur.






Festival Padi(OFFICIAL PEMKAB BANYUWANGI) - YouTube

https://www.youtube.com/watch?v=9tUqKuAtvIE









Sengaja (forpimda) masih mengenakan seragam lantas turun ke sawah, agar bisa memberikan rasa bangga kepada para petani.
Pada kesempatan tersebut, ratusan pelajar juga ikut dilibatkan. Hal ini sebagai bentuk pengenalan kepada generasi selanjutnya terhadap berbagai tradisi dalam dunia pertanian.Agar mereka (pelajar) mengenal sawah dan pertanian. Karena kini menjadi petani mulai ditinggalkan oleh generasi muda.
Dengan Festival Padi ini, diharapkan bisa mendongkrak citra petani. Menjadi petani adalah hal yang bermartabat dan amat penting dalam menjamin ketahanan pangan.Mereka libatkan anak muda dan pelajar, agar terekam dalam memori mereka bahwa menjadi petani itu adalah hal yang penting.Dengan festival inilah, masyarakat menyentuh kepercayaan diri petani.
Banyuwangi sebagai lumpung padi di Jawa Timur menjadi andalan dalam memenuhi suplai beras di Jawa maupun Indonesia timur. Pada Semester pertama tahun 2016, tingkat produktivitas padi di Banyuwangi mencapai  65,30 Kwintal/ Hektar. Sampai bulan Juni kemarin, ada 424.998 ton padi yang dipanen dari 64.967 Ha sawah. Sedangkan ketersedian berupa beras mencapai 247.080,25 ton. Dengan asumsi kebutuhan konsumsi riil penduduk Banyuwangi yang mencapai 71.855,21 ton. Ada surplus beras di Banyuwangi yang mencapai 175.225,03 yang disalurkan ke luar daerah.





0 komentar:

Posting Komentar